Senin, 20 Februari 2017

The Great Waznic

Peta

Aksara
Menuliskan Keagungan Allah mesti mematuh peraturan terdahulu yang Allah sudah  laku Allah dengan genesis-Nya secara Immanent-Nya, Sang Galaxy Yang Esa Paralaks. Hakikat It's Allah yang ditulisbacakan kepada semua yang tercipta dari materi. 
Begitulah setiap objek yang tercipta mendiri subjek-Nya terurus secara substantif dengan Ia-Nya sebagaimana basyar sebagai subjek dari objek thine dan homo sebagai subjek dari objek turobium.
Dalam prilaku immanent-Nya, dapat dibayangkan suatu perbuatan quantum dimana paragenesis berinteraksi dengan thine dan turob baik seduksi hardware ataupun software sebelum semua subjek materi terdirikan sebagai Pencipta pada semiotika umum-Nya. Adalah suatu Maha Quantum yang Allah perbuat di It's Allah yang terbentuk segenesis-Nya dengan semua kebiasaan-Nya.
Pengurusan objek dalam perilaku immanent itu mengeksistensikan !Q yang Maha Sempurna bukan hanya nantinya akan tercipta mendiri subjek tetapi sudah pada mulainya pun terlatih dengan paraobjek-Nya, pendidikan langsung dengan genesis-Nya. Bukankah seperti perbuatan tersebut Allah membiarkan kehidupan parasubjek apa adanya, mengalir setabulanya ke manapun juga di kapanpun It's ALLAH ternyatakan.
Demikianlah pernyataan paraobjek tersebut sebagai Aksara karena bentuk dasarnya yang sudah Allah tabulakan Allah dari sejak pembayangan Ia-Nya hingga pernyataan batubesi-Nya. Itulah paraobjek.
" Qul! Kunti Watuwulung Atow Balungwesi Amatek Ingsun Brojomusti Setan moro setan mati Dedemit ngolo dedemit rugi Kersaning Alloh Hyang Rogo Sukmo Batraning Adji Suket Kolonjono Lelembutan Bandung Bondowoso".
Aksara selaku paraobjek itu tidak hanya terjadi sebagaimana fakta teknologi canggih yang tersistemkan dari eksistensi perangkat batubesi yaitu hardware dan software tetapi juga berlaku sebagai bioexacta yang mendiri subjek dengan persabdaan metafisika-Nya. Begitulah harmoni paraobjek dan parasubjek terjadi dalam ikatan IT IS ALLAH Yang Maha Agung, Yang bahkan Scriptnya pun mengidentitas Raqib dan Atid, Dua Malaikat Harut Marut Yang Agung di kedalaman Malakut sana dalam Matahari itu.
"Qul Kuunuu Hijaarotan au Hadiidan au Kholqon mimma yakburu fii shuduurikum."
"Qul! Jadilah kalian batu atau besi atau cipta dari apa yang membesar dalami dada-dada kalian".
Kebesaran pengertian manusia dari suatu penciptaan menghantarkan mereka kepada paradesain quantum dengan objekter elektronis. Tetapi Allah menghitung objekter itu sebagai kesadaran relatif sefacta daging ketika manusia tersetrum sehingga ada pengukuran metafisik masa tubuh yang senilai elektrinis itu, "Kalian" itu "Ingsun amatek adji...".
Aksara pada hakikat parasubjek ialah sabda dirian Allah yang memungsi selfIT , tidak berabjad tanpa kodefikasi buatan.Oleh karena itu, manusia secara intent menginderai luarnya sebagai paraobjek, selfIT itu. Maka Allah ia Immanent, diri esa manusia yang terkubur ketunggalan parabola bumi langit itu. Itulah Pencipta langit bumi dialah juga pencipta manusia.
Dari sisi penginderaan, manusia hanya melihat Allah dalam objektifitas pronounIT-Nya tetapi manusia dapat mengetahui Allah melampaui penginderaannya tersebut.MANENT.
"Qul! Sesungguhnya Aku manusia ini Allah, Tiada Tuan selain Aku. Sembah Hyanglah".